The Sinners : Chapter V - Sacrifice

At 6:00 PM

Credit To : Mina Cheyo


Kegelapan itu membawa sang putri menuju ke sebuah tempat yang belum dikenalnya. Kerajaan kegelapan yang agung dengan segala kemegahannya. Belum sempat ia terkejut, tiba-tiba seorang pemuda tampan yang mempesona telah menyambut kedatangannya.



“Oh, lihat ini…” pemuda itu tampak terkejut, atau pura-pura terkejut? “apa kau adalah persembahan kami?”



Gadis itu terdiam tak mampu berkata-kata. Ia terjebak dalam pesona dan juga keputusasaan. Benaknya berusaha menebak nasib yang akan terjadi atasnya.



“Sungguh malang, seorang putri yang cantik sepertimu. Aku tidak akan tega…” pemuda itu membelai rambut halus gadis itu diantara jari-jari lembutnya “Aku Luxuria. Katakan, siapa namamu?”



Gadis itu menggigit bibirnya dalam kebimbangan. Apa yang harus ia lakukan? Haruskah ia menjawab? Tapi apalah arti sebuah nama, jika hidupnya akan segera berakhir?



“Lunia”



“Lunia? Sungguh nama yang indah untuk seorang putri yang terjebak dalam kemalangan selama bertahun-tahun. Kau pasti sangat menderita…”



Bertahun-tahun? Bagaimana ia bisa tahu? Siapa sebenarnya orang ini? Tulisan di keningnya, bukankah itu nama dosa? Ia salah satu dari para pendosa? Siapa sebenarnya para pendosa itu?



“Kau tak perlu takut, aku akan mengenalkanmu pada mereka…”



Ia membaca pikiranku?



Pemuda yang menyebut dirinya Luxuria itu kembali tersenyum seolah memahami apa yang dipikirkan gadis itu. “Apa mereka memaksamu untuk mengurbankan diri?”



Lunia menatap pemuda di hadapannya, tulisan LUST di keningnya tampak mengilat “Awalnya. Tapi aku tidak keberatan jika aku dapat melakukannya untuk menyelamatkan mereka. Setidaknya, aku ingin berguna untuk mereka. Aku tidak ingin ayahku menderita lebih lama”



“Benarkah? Sepertinya kau sangat menyayangi mereka. Sungguh beruntung”



Mereka? Ya, mereka sudah sangat baik padaku. Tentu saja aku sangat menyayangi mereka. Ayah, ibu dan semuanya. Aku sangat menya…bukan, aku mencintai mereka.



Setetes air bening jatuh dari pelupuk mata Lunia, menggariskan ketulusan yang luar biasa indah.



“Tenang saja” Luxuria kembali tersenyum “aku akan mempertemukanmu dengan seseorang. Aku akan berusaha menyelamatkanmu dari penderitaan yang harus kau tanggung. Tidak seperti manusia tua tak berguna itu, aku akan selalu melindungimu”



Luxuria segera membopong Lunia dalam dekapannya memasuki istana itu. Dia melesat cepat meski kedua kakinya tidak menapaki tanah. Ia berhenti ketika menemukan pemuda bertubuh tegap yang sedang dicarinya.



“Superbia!”



Pemuda yang dipanggil itu menoleh “Luxuria!” ia menatap Luxuria dalam pandangan menyelidik “Apa kau sudah menerima persembahan para manusia itu?”



Luxuria tersenyum “Maksudmu dia?” diturunkannya Lunia dari dekapannya.



Superbia mengamati Lunia dari ujung kaki hingga kepalanya “Dia adalah persembahan untuk kita?”



“Yep!” Luxuria mengangguk “Tapi aku tidak menemuimu untuk menyerahkannya. Sebaliknya, aku ingin meminta perlindunganmu”



Superbia mengernyitkan keningnya “Apa maksudmu?”



“Aku ingin menyelamatkannya”



“Hah! Aku tahu itu..” Superbia menghembuskan nafas berat “Kau pasti menginginkannya untuk dirimu sendiri. Kau dan hawa nafsumu!”



“Bukan itu” Lunia kembali memamerkan senyumnya yang mempesona “Aku ingin menjadikannya salah satu dari kita”



“Kau bercanda!”



“Aku tahu apa yang akan kau katakan. Tapi ayolah, bantu aku. Lagipula, manusia-manusia itu sudah sangat merendahkan kita, hingga berani mengorbankan seorang gadis malang yang sekarat”



“Tapi kau tahu kan, harga yang harus dia bayar, dan apa yang harus dikorbankannya” Superbia menarik sudut-sudut bibirnya dalam sudut yang aneh “untuk mengikat perjanjian dengan iblis, tentu saja dia juga harus menjadi iblis. Meskipun kita memiliki kekuatan iblis dan menjadi satu bagian dengan mereka, tapi kau harus ingat bahwa pada akhirnya kita hanyalah penandatangan kontrak, bukan pembuat kontrak. ”



Pupil mata Lunia membesar. Beberapa butir peluh menghiasi kulit wajahnya yang putih seperti salju. Luxuria menatapnya lembut “Tentu saja, aku tahu itu. Karna itu, aku meminta bantuanmu untuk melepaskannya dari derita. Aku ingin memberinya keabadian, meski itu berasal dari kegelapan. Kau wadah Lucifer. Kau adalah yang paling dekat dengan para petinggi.”



“Tetap saja, itu tidak akan berhasil jika dia tidak mampu membayar ‘harganya’. Kau tidak lupa kan apa yang harus kita lewati untuk sampai seperti ini? Bagi kita, itu bukanlah hal yang besar, karena sejak awal kita sudah meninggalkan ‘jiwa manusia’ kita. Mengikat perjanjian dengan keenam iblis hanyalah bonus yang kita dapatkan.”



Senyum lembut Luxuria seakan menentang kenyataan bahwa ia adalah seorang iblis “hahaha, kau benar. Aku ingat ketika aku harus ‘mempersiapkan’ persembahan untukku sendiri. Teriakan penuh terror, ekspresi horror itu. Ah, aku merindukannya…”



Bola mata Superbia seolah mengilat dalam kepuasan “Yah, jika kau benar-benar menginginkannya. Sepertinya aku tidak perlu mengatakannya, karna kau telah mengetahuinya dengan baik. Yang pertama dia harus melakukan prosesi awalnya sendiri. Dia harus bisa ‘mempersiapkan dan menikmati’ persembahan awalnya. Tentu saja, dia yang harus memilihnya sendiri…” kali ini gigi-gigi Superbia yang berderet rapi terlihat jelas dalam seringai anehnya “…yang kedua dan yang terpenting adalah dia harus memiliki ikatan dengan iblis. Yang artinya dia memiliki dasar dari dosa yang diwakilinya. Sama seperti kita. Sama seperti kau yang melakukannya karna kau menikmatinya. Kau menikmati gadis-gadis asing itu saat jari-jarimu menguliti tubuh mereka perlahan-lahan. Kau menikmati setiap sesap dari darah mereka. Kau mendapatkannya karna kenikmatanmu. Atau seperti Ira yang melakukannya untuk melampiaskan kemarahannya yang meledak-ledak. Ia tidak memikirkan hal lain selain kemarahannya saat nafasnya membakar dan melelehkan mereka. Dan sama sepertiku yang melakukannya untuk menunjukkan keagunganku agar mereka semua tunduk dan menyembahku. Dia setidaknya memiliki salah satu dari hal itu. Ah, atau kau berharap gadis ini dapat menjadi ‘itu’?”



“maksudmu ‘itu’?” Rambut putih sebahu Luxuria tergerai anggun menutupi sebagian wajahnya “ entahlah, aku hanya ingin, kau tahu, menyelamatkannya”



Superbia membalikkan tubuh kekarnya hendak pergi meninggalkan mereka. Ia menoleh sekejap memamerkan deret giginya yang berbaris dalam susunan yang aneh “bagaimanapun, kau tahu, kita tidak bisa membantunya. Kita hanya bisa menuntunnya…”



Pupil mata Lunia seolah bergetar menatap seringai mengerikan dari Superbia. Tubuhnya seperti hendak meleleh mendengar semuanya. Dia menginginkan kematian yang segera tapi apakah orang ini akan mengizinkannya? Tatapannya mengharap pada sosok seperti malaikat yang sedang mendekapnya.



“ah, tentu saja..” Luxuria menatap Lunia dengan lembut. Jari jemari panjangnya bergerak menelusuri helai-helai rambut panjang Lunia “… aku hanya perlu ‘membangunkannya’, benar kan…”



Kemudian seringai licik menggantikan senyum lembutnya…



NEXT ON THE SINNERS : THE DEATH

CERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
CERITA SELANJUTNYA
Next Post »
Komentar Menggunakan Akun Facebook
0 Komentar Menggunakan Akun Blogger

Berkomentarlah Yang Baik dan Sesuai Dengan Artikel :) dan Jika Ingin Menyisipkan Emotikon Pada Komentar, silahkan Klik Tombol EmoticonEmoticon