Credit To : Mina Cheyo
“…aku tidak ingin… aku tidak ingin menjadi seorang iblis…” Gumam gadis itu dalam perasaan horror. Ia mencengkeram kerah jubbah pemuda tampan dihadapannya. Pupil matanya semakin mengecil dalam terror yang dia rasakan bersama peluh yang mengucur deras di wajahnya “…bu..bunuh…bunuh aku…”
Pemuda itu menatap datar gadis dihadapannya. Wajah lembutnya berubah menjadi kaku. Matanya menatap jijik pada ekspresi horror gadis itu “Kau benar-benar menginginkannya? Biar kutunjukkan apa yang kau inginkan…” ia menarik rambut gadis itu dan menyeretnya pergi.
***
Pintu besar hitam itu seolah tenggelam dalam kegelapan saat kedua daunnya terayun membuka. Hanya kegelapan yang menyambut kedatangan mereka. Butuh waktu bagi gadis berambut hitam panjang itu untuk menyesuaikan pandangannya.
“inilah yang kau inginkan, Lunia…” Luxuria menyeringai puas, menunjukkan deretan giginya yang kontras dengan kegelapan.
Gadis yang bernama Lunia itu menatap gelisah pemandangan yang terhampar di hadapannya. Disana. Disana. Disana. Dan disana. Tubuhnya bergetar menyambut terror yang menghampirinya. Airmatanya bercampur dengan keringat yang terus mengalir bagaikan hujan diwajahnya. Pakaiannya telah basah bermandikan keringatnya sendiri.
“Ah.. Lu…Lunia… apakah itu kau nak…?”
Lunia tersentak mendengar suara lembut yang samar-samar dikenalnya. Ia memalingkan wajahnya pada seorang wanita separuh baya yang memanggil namanya.
“I…ibu…”
“…Lunia… itu benar-benar kau…Lunia…itu…Lunia… itu kau…kan…?”
Ketakutan menyergap Lunia dengan hebatnya. Jantungnya seperti diremas oleh sesuatu yang sangat kuat saat melihat tubuh wanita itu, ibunya, tanpa sehelai benangpun tenggelam dalam ribuan kelabang yang menggerayanginya. Rasa mual yang hebat menyerang lambungnya saat kedua tangannya refleks menutupi mulutnya. Airmatanya mengalir semakin deras.
“Lu…nia…la…ri…to..tolong…biarkan…to..long…biarkan…dia…per…gi…”
Seringai Luxuria semakin lebar. Ia kembali menyeret gadis itu pergi meninggalkan ruangan kegelapan yang menyimpan berjuta terror.
“…tidak…ibu…” Tubuh lemahnya tidak mampu memberontak. Ia terlalu takut bahkan untuk memanggil pikirannya. Ia menutup matanya erat berharap ia tidak pernah melihat mimpi buruk ini. Dengan keras ia berusaha untuk mengabaikan teriakan minta tolong dari puluhan orang yang telah ditinggalkan oleh maut disaat mereka justru menginginkannya.
Tolong hentikan…
“ini baru permulaan…” Luxuria bergumam dengan seringai yang masih menghiasi wajahnya, seolah ia tahu apa yang dipikirkan Lunia “…dari kematian”
NEXT ON THE SINNERS : NOW BEGIN
NEXT SATURDAY ON THE SINNERS : NOW BEGIN