Bloody Mary

At 7:00 AM


Vina Lovato - Bloody Mary (https://www.facebook.com/erica.rachel.5209)


OS by Vina Riyanti (Berdasarkan mitos-mitos yang beredar)


***


Semua orang mengagumi kecantikan Mary Worthington. Dia berwajah sempurna dengan sepasang mata biru saphire, bibirnya semerah mawar, dan kulitnya seputih salju. Gadis itu tumbuh dengan menakjubkan. Dikota ini, tampaknya tidak seorang pria-pun yang tidak melamarnya. Tapi, sayangnya tidak pula seorang-pun yang diterima.


Mary, begitulah penduduk menyebutnya. Mary begitu mempesona, bukan hanya para penduduk yang betah berlama-lama memandanginya. Mary-pun sangat suka berlama-lama didepan cermin mengagumi kesempurnaanya sendiri. Ia menerapkan standar tinggi pada pria yang akan melamarnya. Hingga sampai cukup dewasa, Ia belum juga berkeluarga. Mungkin, Mary tidak peduli sekalipun menjadi perawan tua, semua orangpun tahu, keriput tidak mampu menyamarkan cantiknya.


Gaun biru muda berpita melekat ditubuh sempurnanya, hari ini Mary seakan mengalahkan ribuan dewi. Bibir merahnya selalu mengukir senyum menakjubkan, bahkan kedipan matanya saja mampu membuat semua orang luluh terpana.

Kecantikan Mary mungkin tidak akan tersamarkan keriput. Tapi, jangan salahkan jika nyatanya banyak gadis iri disana yang selalu berdoa agar kecantikan Mary sirna. Tentu saja, karena Mary ada, para pria menjadikan gadis-gadis di kota ini pilihan terakhir dari penolakan Mary.


...


Mary akan berkunjung ke suatu tempat sore itu. Namun nahas, terjadi kecelakaan pada kendaraan yang ditumpanginya. Gaun biru muda Mary berubah merah pekat, wajah pahatan malaikat itu hancur remuk--berantakan sesaat setelah tubuh Mary terhempas dengan wajah yang mendarat tepat diantara serpihan kaca dan kayu.


Sepenjuru kota gempar tentang wajah dewi yang berubah menjadi terkutuk. Walau begitu, Mary tidak pernah tahu seperti apa wajahnya kini. Orangtua Mary menyembunyikan semua cermin dirumahnya yang dimaksudkan agar Mary tidak sakit hati.


Mary menjadi pemurung, terakhir berjalan keluar rumah, Ia diolok-olok para penduduk yang dulu begitu memujanya. Semua rasa berkecamuk dalam hatinya, namun yang terkuat adalah kebenciannya.


Mary yang penasaran akan wajahnya, mengendap-endap kegudang dimana orangtuanya menyimpan cermin-cermin dirumahnya.

Penuh harap, namun dengan perasaan yang ragu, dibukanya kain yang menutupi sebuah cermin besar dihadapannya.


Sedetik kemudian, ia terhenyak dengan apa yang dilihatnya, lututnya seakan terlalu lemah menopang tubuhnya. Mary menjerit histeris dan terus menerus menarik rambutnya hingga rontok secara paksa dan mengalirkan darah. Ia depresi melihat bayangannya yang tercipta dicermin. Dengan membabi-buta Mary memecahkan semua cermin yang dilihatnya, digoreskan serpihan-serpihan cermin ketubuhnya hingga darah seakan menjadi gaunnya.


Rupa Mary kini sangat buruk, senyumnya berubah seringai, mata biru saphire-nya kian pekat. Dendam, kesedihan, dan amarah bergejolak dalam dirinya menghilangkan akal warasnya secara spontan. Ia tanpa henti menyiksa dirinya sendiri seraya bergumam mengucap sumpah-serapah. Darahnya kian mengering dan berhenti menetes, begitu pula dengan nafasnya, yang tampak tidak lagi menghembus.


Namun, Mary tidak pergi begitu saja. Ada dendam dari kebencian mendalam yang membuat arwahnya tidak dapat mencapai alam selanjutnya. Atas dasar kebencian pula, arwah Mary terperangkap dalam cermin.


Mary berharap ada seseorang yang memanggilnya agar Ia dapat keluar dari cermin, dan tenang menuju alam selanjutnya. Namun tidak pernah sekalipun ada yang memanggilnya, tidak ada seorangpun yang merindukannya, tidak ada seorangpun yang benar-benar mencintainya.


Terlalu lama didalam cermin membuat kebencian Mary kian menguasainya. Ia tidak lagi ingin ada yang memanggilnya, Ia begitu benci dengan manusia yang penuh kemunafikan. Bahkan, sekali saja ada yang mengusik dan memanggilnya, tangan dingin Mary akan langsung merenggut nyawa mereka.


...


"Apa kau sudah mendengar kabar? Ada gadis yang meninggal lagi malam tadi!"


"Benarkah? Apa cara meninggalnya sama dengan beberapa gadis sebelumnya?"


"Maksudmu terkoyak-koyak didepan cermin? Ya. Apa menurutmu Bloody Mary yang melakukannya?"


"Tidak ada yang tahu sebelum mencobanya,"


"Ya, dan kurasa tak ada yang selamat setelah mencobanya,"


...


"Mary Worth, Mary Worth, I believe you were there, Mary Worth?

Bloody Mary,

Bloody Mary,

Bloody Mary...."


***

CERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
CERITA SELANJUTNYA
Next Post »
Komentar Menggunakan Akun Facebook
0 Komentar Menggunakan Akun Blogger

Berkomentarlah Yang Baik dan Sesuai Dengan Artikel :) dan Jika Ingin Menyisipkan Emotikon Pada Komentar, silahkan Klik Tombol EmoticonEmoticon