Credit To : Mina Cheyo
Siapa yang akan dikorbankan?
“Bukankah Putri Mayor telah divonis mati oleh para dokter?”
Suara tersebut tiba-tiba terdengar dari sudut yang tidak diketahui. Suara tersebut mampu memusatkan perhatian semua hadirin kepada sang Mayor.
“Pu..putriku…Lunia?”
“Itu benar. Selama ini putri anda telah menderita selama bertahun-tahun dan akhirnya menerima vonis mati dari para dokter. Bukankah anda telah membawanya kesemua tempat yang mungkin, tapi tetap tak ada harapan? Setidaknya biarkan dia menjadi harapan kami!”
“Ta..tapi..”
Dunia sang mayor seolah jatuh dalam kegelapan. Ia telah kehilangan istrinya dalam insiden “Sabtu Berdosa”. Sekarang ia harus kehilangan putri tunggalnya? Bahkan jka benar hidup putrinya tinggal menghitung hari, bukankah hidup ini terlalu kejam untuk dia jalani?
“Jika kau tidak bisa merelakan putrimu, korbankan saja dirimu! Ya! Itu benar! Lagipula sejak awal ini adalah tugasmu untuk melindungi desa! Kau telah gagal! Korbankan saja dirimu! Kau harus melindungi kami! Berikan putrimu kepada kami!”
Hadirin mulai menggila, sementara sang mayor terjebak dalam kekalutan. Itu benar, ini adalah tugasnya. Tapi mengorbankan dirinya? Ia belum siap untuk mati. Lagipula jika ia mati, siapa yang akan melindungi putrinya setelah itu? Ia belum siap..
“Baiklah akan ku serahkan putriku kepada kalian”
Ayah yang putus asa menghabiskan detik-detik terakhir bersama putrinya yang malang. Ia menggenggam erat tangan putrinya dengan erat. Menundukkan wajahnya yang bergelimang air mata.
“Maafkan ayah nak, maafkan ayah yang tak bisa melindungimu…”
Sang putri yang malang berusaha menghapus airmata ayahnya.
“Tidak apa ayah, ini adalah keputusan yang benar. Setidaknya, pada saat terakhirku, aku dapat berguna bagi semuanya. Aku sangat bahagia ayah. Aku sangat mencintaimu”
Hari keenam, di puncak gunung yang dahulu merupakan kebanggaan, semua orang telah berkumpul menunggu fajar untuk menampakkan diri. Kemudian tepat pukul enam, ketika cahaya merah menyapa di ufuk timur, kegelapan yang sangat pekat menyeruak dari dalam bumi, menyelimuti sang gadis yang berdiri tegar di hadapan semua orang yang menyaksikannya.
Kegelapan itu perlahan-lahan menyelimuti tubuh sang putri yang malang seolah sedang menelannya. Dan sebelum kegelapan itu benar-benar menelannya, sang putri tersenyum dengan ketulusan di wajahnya.
Semua orang terpesona pada senyuman tulus sang putri. Senyum terindah sekaligus yang paling memilukan yang pernah mereka saksikan. Senyum yang menebus harga yang telah ditimpakan kepada mereka.
NEXT ON THE SINNERS : SACRIFICE