The Sinners : Chapter III - Their Ally

At 6:00 PM

Original idea from “The Sixth Sin’s” by Alienor of Creepypasta Indonesia
Credit To : Mina Cheyo


Para penduduk yang ditinggalkan dalam kegentaran masih bergetar ketakutan. Apa yang telah mereka saksikan dan alami sungguh merusak akal mereka. Dalam lima minggu lagi, mereka harus membawa tumbal kepada para pendosa.



Mereka berusaha untuk melupakan sejenak kejadian itu dan memulai kembali kehidupan mereka. Tidak sedikit yang menjadi gila. Dan ada yang cukup berani untuk mencoba kabur dari desa itu, tapi mereka semua akhirnya mati atau menghilang ditangan para pendosa.



Jumat kelima setelah insiden itu, semua warga dan wisatawan juga para petinggi dan tetua-tetua desa berkumpul di balai desa. Mereka sibuk membicarakan keputusan terbaik yang dapat mereka ambil. Banyak orang yang mati setelah berusaha untuk pergi dari desa ini. Kini mereka yang menyerah untuk kabur, berkumpul dan berusaha untuk mencari jalan terbaik untuk mempertahankan kehidupan mereka.



Siapa saja, asal bukan anak-anakku. Aku tak peduli, asal jangan menyentuh keluargaku. Perdebatan panjang yang penuh dengan keegoisan membuka topeng kemunafikan yang selama ini terpasang dalam balutan senyum yang ramah. Dalam sekejap semua orang telah berubah menjadi musuh yang saling menjatuhkan. Tapi keegoisan tak mengubah kenyataan apapun. Waktu terus berlalu, dan fajar nanti, salah seorang dari mereka tetap harus dikurbankan.



“Hentikan semuanya! Dalam beberapa jam lagi, fajar akan segera menyingsing. Jika kita terus seperti ini, mungkin ini akan menjadi hari terakhir bagi kita semua!” Suara Mayor yang tegas mengembalikan semuanya dalam kewarasan mereka. “Saya yakin, kita akan mendapatkan jalan keluarnya, jika kita mau menenangkan pikiran kita sejenak.”



Sang Mayor yang berusaha tenang tetap tak berhasil menyembunyikan kekalutan dalam suaranya yang bergetar. Semua orang menatapnya ketakutan, seolah tak ada lagi harapan bagi mereka.



“MAYOR! Saya punya sebuah ide”



Satu suara muda yang membuka celah harapan. Keheningan yang dalam memberi kesempatan bagi sang pemilik suara untuk melanjutkan gagasannya.



“Kita korbankan mereka yang sakit dan sekarat”



Semua orang terpana dalam keterkejutan. Tak ada yang menyangka ada yang akan memikirkan hal sekeji itu. Bagaimana bisa? Apa dia tak punya perasaan? Lagipula, apa para pendosa mau menerima mereka yang sekarat?



“Mereka sudah tak bisa diselamatkan, apa salahnya jika pada saat-saat terakhir mereka, mereka menyelamatkan kita? Bukankah itu tugas yang mulia? Mereka akan menyelamatkan semua orang!”



Semua orang kembali terdiam. Seolah terhipnotis, semua yang hadir mengangguk-angguk membenarkan gagasan tersebut. Itu benar. Dunia ini memang sudah keji. Sejak awal tak ada yang namanya kedamaian. Semua itu semu. Dunia ini sudah keji. Tak ada salahnya menjadi keji. Kita hanyalah mengikuti hukum alam. Kita harus memilih untuk menjadi yang dimakan ataukah yang memakan. Inilah yang terbaik. Semua orang telah menyetujuinya. Tapi, pertanyaannya masih sama, Siapa yang akan dikorbankan?



NEXT  ON THE SINNERS : THE PRICE OF


CERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
CERITA SELANJUTNYA
Next Post »
Komentar Menggunakan Akun Facebook
0 Komentar Menggunakan Akun Blogger

Berkomentarlah Yang Baik dan Sesuai Dengan Artikel :) dan Jika Ingin Menyisipkan Emotikon Pada Komentar, silahkan Klik Tombol EmoticonEmoticon