Cerita palasik berasal dari daerah minangkabau. Diatakan bahwa sosok palasik ini menyerupai vampire dari eropa dimana dia mempunyai cirri menghisap darah. Namun korban palasik adalah anak anak kecil. Palasik atau palasit dipercayai bukan merupakan sosok hantu, namun masyarakat minagkabau percaya bahwa palasik ini merupakan manusia yang mempunyai ilmu hitam amat tinggi. Dalam beberapa poi nada sedikit kesamaan dengan leak di bali, atau selak di Lombok, dan dalam beberapa versi palasik ada sedikit kesamaan dengan cerita kuyang. Dikatakan bahwa palasik ini ketika mendatangi korban korbannya, dia akan tampil sebagai sebuah wujud manusia, namun tidak mengikutsertaka
Dikatakan palasik merupakan sebuah keturunan atau bagi orang yang tidak ingin menjadi palasik, maka hal ini akan menjadi sebuah kutukan bagi dirinya. Seorang yang palasik ketika menikah, maka konon bisa dipastikan bahwa anak anaknya akan menjadi palasik pula. Namun beberapa orang dan versi mengatakan pula bahwa mereka yang palasik ini akan hidup terpencil dari manusia lainnya, mengasingkan diri, namun mereka akan bersosialisasi sebagai seorang pedagang sapu ataupun gunting. Mungkin disamping untuk membaur, hal ini juga ditujukan untuk mengintai bakal korban mereka. Konon palasik diceritakan walaupun mempunyai keidentikan cara sebagai seorang vampire atau penghisap darah, dia tidak menggigit, namun menghisap dari ujung jempol kaki korbannya dan pula mereka menggunakan lidi atau gunting sebagai alat mereka “menyantap “ darah korban korbannya.
Seorang palasik tidak bisa di lihat dari cirri cirri tubuhnya, dia hidup pada siang hari sebagai manusia biasa. Membaur dengan masyarakat pada umumnya. Namun masyarakat minang mempunyai cara tersendiri dalam mengenal seorang yang palasik ini, yaitu orang yang tidak memiliki parit antara hidung dengan bibirnya. Palasik amat menyukai bayi maupun janin yang masih dalam kandungan.
Pada zaman dulu, dikatakan bahwa penerus ilmu palasik ini arus melakukan sebuah ritual dimana setelah itu dia akan menjadi seorang palasik yang siap. Dan seorang palasik juga harus hidup dengan menikahi seorang palasik juga, sehingga garis keturunannya tidak terputus. Jika pada zaman dahulu palasik ini hidup mengucilkan diri dari masyarakat, namun pada masa sekarang mereka lebih membaur, sehingga menjadi sulit dikenali. Makanya dulu banyak ibu ibu di minang yang merasa takut membawa bayinya keluar rumah, dan jika ada hal mendesak yang mengharuskan mereka untuk melakukan hal itu, maka mereka akan memasangkan jimat perlindungan kepada anak aaknya.
Orang orang tua konon akan selalu mengingatkan kepada anak anak mereka yang telah menikah dan mempunyai bayi untuk selalu berhati hati jika sedang keluar rumah. Entah itu pergi ke pasar, sekedar menyapa tetangga, hadir di pesta pernikahan, atau hal lain sebagainya, sebab dikhawatirkan palasik mengintai anak anak mereka. Jika mereka hendak bepergian, maka orang tua di sana akan mengingatkan kita untuk membawa “sambua”. Sambua adalah semacam jimat pelindung yang didapatkan atau diberi melalui orang yang bukan sembarang orang.
Mungkin diantara kita banyak yang heran, sebenarnya apa tujuan orang orang ini mempraktikan ilmu paasik ini? seperti yang saya katakana sebelumnya, bahwa palasik merupakan salah satu praktik ilmu hitam. Pada jaman dahulu ilmu ilmu semacam ini terkadang digunakan untuk pertahanan diri, ilmu kebal senjata, pesugihan, ataupun hal lainnya. Semua hal menuntut sebuah tanggung jawab dan resiko, nah resiko dari orang yang belajar ilmu hitam seperti ini adalah dia harus makan dan minum darah bayi. Jika tidak maka tubunya akan lemas dan sakit sakitan, atau disisi lain ilmunya akan menghilang dan mengancam nyawanya sendiri.
Dijaman dahulu kala, di tanah minang ini, jika ada seseorang yang kaya mendadak, maka hampir bisa dipastikan bahwa masyarakat sekitar akan menuduhnya sebagai seorang palasik. Padahal hal tersebut belumlah tentu benar. Dan lagi jika ada seorang bayi yang tubuhnya berkeriput,tiap
Palasik bangkai
Palasik bangkai ini merupakan palasik yang tidak hanya menghisap darah anak kecil dan janin, namun mereka dikatakan suka memakan bangkai anak anak yang telah mati dan dikubur. Beberapa sumber mengatakan bahwa cara palasik ini melakukan tenung atau jampi jampi kepada anak anak dibawah usia tiga tahun adalah dengan menggunakan ilmu hitamnya melalui tatapan matanya. Mereka berkamuflase dengan pura pura bermain dan merasa tertarik dengan seorang anak kemudian mengajaknya bercanda dan menghiburnya. Namun beberapa hari setelah ini, maka anak itu akan terkena demam tinggi, tubuh mulai pucat dan bertambah kurus, dari matanya keluar kotoran terus menerus. Dan jika tidak cepat cepat dimintakan pertolongan maka anak ituakan meninggal.
Anak ini ketika meninggal, maka mayatnya yang telah dikubur harus selalu dijaga oleh kerabatnya dalam waktu tertentu. Sebab jika tidak palasik akan datang untuk mengambil bangkainya. Palasik akan melecutkan 7 bilah lidi “ajaibnya” selama 7 kali sehingga dari makam anak tersebut akan muncul kelelawar yang akan menjelma menjadi anak ersebut seperti di masa hidupnya. Kemudian digendonglah mayat hidup tersebut, dan sebelumnya dimandikan disebuah pancuran untuk kemudian disembelihnya untuk dimakan.
Konon bangsa palasik ini sangat setiakawan, sehingga ketika mereka mendapatkan “makanan” ini maka mereka akan membuatnya menjadi gulai dan menyimpan kerangkanya. Mereka akan mengantarkan daging gulai ini ke sesama palasik, sejauh apapun jaraknya. Kerangka mayat akan dikeringkan, dan biasanya bagi palasik yang sudah sangat ketagihan maka kerangka tesebut akan diseduh bersama air minumnya. Ketika palasik ini telah makan bangkai dan meminum air seduhan tulang anak korbannya, maka tubuhnya akan menjadi segar bugar.
Walaupun makam anak tersebut dijaga, hendaknya penjagaan memang benar benar ekstra waspada. Sebab bagaimanapun juga palasik akan berusaha untuk mengambilnya dengan cara apapun yang bisa dia lakukan. Berikut beberapa tanda tanda kemunculan palasik : akan mucul banyak “agas” (semacam nyamuk dalam masyarakat minang) di makam anak ersebut, dan setelah itu akan muncul pula banyak kumbang bangkai. Bila penjaga makam ini mulai mengantuk, maka palasik akan melancarkan serangan ilmu hitamnya, dengan cara merubungkan nyamuk dan kumbang bangkai tersebut kepada si penjaga sehingga dia akan tertidur pulas. Setelah itu semua maka terdengar seuara lolongan anjing diikuti dengan kemunculan seekor anjing putih, setelah itu sang palasik muncul mengambil mayat. Orang mengatakan bahwa sosok palasik bangkai ini, badan besar, bertelinga lebar serta berwajah hitam. Konon jika sosok ini disembur dengan kunyahan pinangsinawal, maka dia akan roboh dan dari mulutnya keluar busa seperti orang ayan.
Ibu ibu minang seringkali membuat penangkal palasik sendiri yang diajarkan turu temurun dari pendahulunya. Yaitu dengan menggunakan sebuah bungkusan yang berisi merica hitam, dasun (bawang tunggal atau bawang lanang),pinang sinawal, pala, cengkih, dan kunyit. Kemudian bungkusan penangkal ini diletakan didalam baju anak atau dibawah tempat tidur/kasurnya sehingga palasik tidak berani mendekatinya.
Palasik kuduang.
Palasik kuduang atau palasik panangga, memiliki kemampuan untuk mejeng dan berkeliaran dengan menanggalkan kepalanya sendiri dari batang tubuhnya. Kuduang sendiri dalam bahasa minang berarti potong atau putus. Kepala yang lepas itulah yang menggeinding kesana kemari mencari mangsa. Ada pula versi yang mengatakan bahwa palasik model ini mempunyai kemampuan pula untuk menanggalkan salah satu tangannya untuk digunakan menyeret kepalanya kemanapun dengan sangat cepat.
Alkisah jika terdapat acara kematian seseorang entah itu anak anak maupun orang dewasa, maka palasik kuduang ini akan dengan cepat menyelinap ke kolong tempat tidur rumah kelarga yang berkabung. Kemudian dia akan menjilati air yang digunakan untuk memandikan jenasah dengan amat sangat rakus. Jika ketahuan konon katanya tidak ada yang akan bisa menangkapnya, sebab kencang sekali kaburnya, dan hal yang lain dikatakan bahwa sosok ini juga kebal senjata apapun.
Tidak seperti palasik bangkai, palasik kuduang tidak memakan bangkai. Namun dimalam hari dia juga akan datang ke makam baru, dan menjilati tanah kuburannya. Namun dikatakan bahwa tiap palasik memiliki keinginan untuk menghisap darh dan seringkali melancarkan tenung dan jampi jampi kepada anak kecil.
Maka dari itu, hendaknya kita selalu berhati hati dan selalu menjaga anak anak…