Jerangkong

At 5:37 PM

retold by : -jason-

Dalam cerita rakyat yang beredar dalam masyarakat jawa seringkali kita dengar tentang istilah jerangkong. Jerangkong atau seringkali orang orang menyebutnya sebagai thetekan merupakan sosok hantu yang berupa tulang belulang yang berjalan. Ketika dia berjalan maka akan terdengar suara tulang yang beradu sehingga menimbulkan suara “thek… thek… thekk…” sehingga mungkin dari suara inilah sosok tersebut dikeal juga sebagai “thekthekan”

Jerangkong dipercayai sebagai hantu yang seringkali mengganggu anak kecil, konon jika anak tersebut melihatnya maka dia akan menangis terus menerus sepanjang malam. Jerangkong sendiri seringkali dikatakan muncul menjelang tengah malam. Jerangkong dalam sebuah versi cerita dikatakan merupakan arwah penasaran dari orang yang tidak dikubur secara layak. Kemunculannya didahului oleh bau busuk mayat dan suara gemeretak tulang yang beradu.

Dalam versi lain jerangkong dikatakan merupakan jelmaan dari arwah seseorang yang semasa hidupnya suka mencuri. Dalam versi ini, jerangkong dikatakan bahwa dia seringkali keluar dari kuburnya untuk mencuri telur, dan memakannya. Konon ceritanya telur yang dicuri jerangkong tidaklah pecah, namun telur tersebut ketika dipecah maka isinya telah hilang.

Ada sebuah mitos yang sering dipesankan oleh orang tua agar anak anak mereka tidak membuat suara berisik di waktu malam, ataupun tidak memukul mukul meja sebagai tetabuhan. Sebab jika mereka melakukan hal ini maka niscaya pada malam harinya jerangkong akan datang mengunjungi mereka dan mengganggu tidur mereka, seringkali ada yang menambah nambahi bahwa mereka akan “dikeloni” oleh hantu jerangkong.

Tentu banyak diantara kita yang bersikap skeptic akan hal ini, dan seringkali kita mengambil sikap percaya tidak percaya mengenai hal semacam ini… apapun sikap kalian terhadap hal hal semacam ini adalah pilihan… namun terkadang ada banyak hal yang tidak bisa dijelaskan dengan akal sehat manapun.

………………………………….

Saat itu aku masih duduk di kelas 2 sd, aku tinggal di sebuah desa di jawa dimana kepercayaan tentang mahluk halus masih sangat kental. Orangtuaku adalah orang yang cukup berpendidikan lebih dibandingkan dengan warga lain sekitarnya. ibuku pada saat aku seumuran itu masih dalam masa menyelesaikan sekolah kebidanannya, sehingga pada waktu dia mendapat tugas untuk jaga praktik di rumah sakit maka secara otomatis dia tidak bisa berkumpul dengan keluarga dalam beberapa waktu.

Sepeninggalnya ibu di rumah sakit, ayahku yang tidak begitu mahir dalam mengurus anak kecil mempekerjakan seorang pembantu untuk mengurusku dan kakaku yang pada saat itu masih duduk di sd juga kelas 5. Keluarga kami adalah keluarga kecil, tidak begitu kaya, namun untuk kebutuhan sehari hari kami tidaklah kekurangan. Kami serba berkecukupan, dan kami mendiami sebuah rumah kecil diatas sebuah tanah yang dihadiahkan kakek untuk ayahku sebagai hadiah perkawinan. Pembantuku ini sangatlah baik kepada aku dan kakakku, dia memperlakukan kami seperti halnya anak anaknya sendiri, dengan penuh kasih saying. Sehingga kamipun merasa mendapat seorang sosok ibu pengganti yang cukup sempurna disamping ibu kami yang tengah menyelesaikan sekolahnya.

Rumah kami berada di sebuah tanah yang dulunya, katak kakek, merupakan hamparan kebun nanas. Dan butuh beberapa waktu untuk membersihkan kebun tersebut menjadi sebuah bangunan rumah. Entah kenapa jika kakek bercerita tentang kebun ini dia selalu Nampak sedih. Nenek kemudian berkata kepada kami bahwa dulu kakek adalah seorang pejuang di masa penjajahan jepang dan dia bersama rekan rekannya pernah suatu hari berperang di tanah tersebut. Mungkin kakek banyak kehilangan teman diwaktu itu sehingga membuatnya sedih jika kembali terkenang akan teman temannya. Namun ternyata bukan sesederhana itu saat akhirnya kakek menceritakan semua yang terjadi kepada aku dan kakakku setelah semua yang terjadi di malam yang tidak pernah aku lupakan selama hidupku.

Malam itu adalah malam pertama kami untuk tinggal di rumah baru tersebut. Rumah memang tidak begitu luas, tapi cukup untuk menampung keluarga kecil kami ini. kamar terdiri dari 3 kamar tidur, satu untuk orang tuaku, dan dua kamar lainnya diperuntukan sebagai kamarku dan kakaku. Ayah tampak begitu bahagia akhirnya rumah idamannya siap untuk ditempati, setelah sebelumnya kami tinggal sementara bersama kakek dan nenek.

Pada waktu itu pembantu yang dipekerjakan ayah tidak bisa menginap dikarenakan beberapa alas an yang tidak kumengerti saat itu, dia mengatakan bahwa tidak berani untuk tinggal di sebuah rumah baru yang sebelumnya merupakan lahan kosong. Ayahku tidak bisa berbuat apa apa mengingat bibi ini merupakan orang yang sangat percaya akan takhayul. Jadi ayah mempersilahkann
ya untuk pulang dan datang kembali keesokan harinya. Maka pada malam itu hanya kami bertiga yang berada di rumah.

Menjelang malam ketika waktunya tidur, kami menuju kamar masing masing, suasana gelap hanya diterangi oleh lampu minyak, (pada saat aku kecil daerah kami belum bisa menikmati listrik masuk desa). Ayah selalau menyiapkan sebuah senter untuk berjaga jaga, jika ada sesuatu yang perlu untuk dichek.

Menjelang pukul 11 malam aku terbangun oleh suara dentangan jam dinding besar tua, entah kenapa pada saat itu suara dentangan terdengar agak lain di telingaku, entah karena sebab apa aku tidak tahu. Namun yang jelas aku terbangun dan mendapati lampu minyak di kamarku telah padam. Aku terbangun dengan rasa panic di malam yang gelap gulita. Secara reflek aku menangis dan berteriak memanggil ayahku. Ayah yang nampaknya sangat lelah setelah seharian bekerja di puskesmas nampaknya tidak bisa mendengar jeritanku, untunglah kakaku kemudian datang ke kamarku dan berusaha menenangkanku dengan membawa lampu minyak yang dia bawa dari kamarnya.

Namun saat dia masuk aku mendapati ada yang aneh dengan raut mukanya, dia Nampak begitu ketakutan dan kurasakan tubuhnya gemetar saat dia memeluk berusaha menenangkanku. Dengan suara seperti tercekat dia kemudian berkata :
“diamlah… sekarang ada aku disini… jangan membuat suara lagi” katanya setengah berbisik ditelingaku. Aku merasa ada yang tidak beres dalam nadanya berbicara, walaupun saat itu aku masih sangat kecil namun naluriku tetap bekerja, menangkap ada sesuatu yang tidak beres.

“untung kamu terbangun… sebenarnya aku tadi hendak ke kamarmu, aku tidak berani tidur sendirian” katanya lagi.
aku merasa sedikit lega…. Namun perkataannya kupikir sedikit aneh saat itu ”memang kenapa?” tanyaku polos kemudian… belum sempat kakaku menjawab, seketika pula kucium bau yang sangat busuk yang tiba tiba saja menyeruak masuk ke kamar, dan saat itu pula kurasakan kakaku sedikit tersentak dan kurasakan pula genggaman tangannya menguat.
“kamu kentut yah mas?” tanyaku polos karena memang bau itu terasa amat busuk.
“i-iya” jawab kakaku terbata, namun aku semakin curiga bahwa ada sesuatu yang tidak beres, bau itu sungguh terlalu busuk untuk dikatakan sebagai bau kentut. Kupikir saat itu kakaku berak dicelana, namun segera kusadari bahwa bau yang menyeruak ini lebih seperti bau bangkai kucing peliharaan kami yang mati beberapa hari yang lalu.
“sekarang tidur… pejamkan matamu dan jangan membuat suara apapun” bisik kakaku lagi.
“baunya kayak si manis yah mas?” kataku kepada kakaku, “si manis sudah dikubur ayah di samping rumah kakek, sudah pokoknya jangan berisik lagi” bisik kakaku lagi, kali ini kurasakan tangannya terasa agak basah.

Kami berdua akhirnya berbaring bersama di ranjang kamarku, bau busuk kian menyengat seperti ada di depan hidung saja. Dan tiba tiba pula suhu kamar kurasakan turun secara drastic, akupun menggigil, dan kakaku segera memelukku. Kupikir saat itu dia juga kedinginan, namun kurasakan dia gemetar, dan kurasakan pula dia menangis sesenggukan.
“kamu kangen ibu?” tanyaku…
“ssssssttt!!! Diam jangan berisik!!” kakaku segera menimpaliku, sehingga aku menuruti kata katanya.

Saat itulah aku yang sudah tidak bisa tidur dan melihat bayangan aneh diplafon rumah diatasku. Pada awalnya kupikir itu hanyalah bayangan yang dihasilkan dari benda benda disekeliling kamarku, namun kemudian kusadari bahwa bayangan itu bergerak dengan sendirinya. Dan kudengar suara gemeretak tulang yang saling beradu…

“kretek… kretekkk…..”

Suara itu terdengar begitu pelan… namun terdengar amat jelas…

“kretek….”
Kusadari tiap bayangan diplafon bergerak, maka suara itu muncul. Aku yang saat itu masih belum bisa menggunakan nalarku secara baik mengamati bahwa bayangan di plafon diatasku. Bayangan tersebut dalam pikiranku Nampak seperti sosok skeletor dalam film kartun he man yang sering kulihat tiap sore di TVRI. Aku dan kakakku sangat menyukai film ini, kami menontonnya berami ramai di rumah kepala desa kami yang mempunyai televise kuno besar dimana sumber listriknya berasal dari sebuah aki besar.

Aku berbisik pada kakakku “mas… ada skeletor”
Kakaku tambah kuat mencengkeram tanganku, dan dia mulai menangis hal ini semakin membuatku bingung. Kulihat bayangan “skeletor” itu bergerak kembali, kali ini dia seperti merayap dan bergerak lebih cepat dari sebelumnya di atas plafon rumah sehingga menimbulkan suara gemeretak yang semakin keras dan cepat pula.

“krek… krek… krek… krekkk…”
Kakaku kemudian mulai berteriak memanggil ayah, aku yang merasa bingung dengan tingkah kakaku menjadi ikut ikutan menangis karena bingung dan memanggilnya pula. Kami berdua berteriak memanggil ayah… dan kemudian pintu kamarku terbuka dan ayah berdiri disana mendekati kami.

CERITA SEBELUMNYA
« Prev Post
CERITA SELANJUTNYA
Next Post »
Komentar Menggunakan Akun Facebook
0 Komentar Menggunakan Akun Blogger

Berkomentarlah Yang Baik dan Sesuai Dengan Artikel :) dan Jika Ingin Menyisipkan Emotikon Pada Komentar, silahkan Klik Tombol EmoticonEmoticon