LOMPAT
Sebuah kebohongan jika kau berpendat
kesendirian dapat dijadikan sabahat, sungguh hal yang munafik saat kau seolah
kuat memikul kesendirianmu. Dikucilkan dari orang-orang di sekirtarmu, mereka
melihatmu seolah mereka lebih benar, kau disingkirkan seakan dunia tak
membutuhkan sosok hidupmu di sana.
Keberadaanmu benar-benar tidak dianggap,
mereka bahkan tak tahu siapa namamu. Aku telah lama mengalami itu semua,
kesendirian itu semakin hari semakin mencekik jantungku, dada ini kian sesak
saat mereka mulai memandangiku dengan tatapan mereka, “apa aku aneh ,ada yang
salah denganku” kata-kata itu terus berulang dihatiku.
Aku tak pernah melukai
hati mereka, tapi mereka selalu meluakai hatiku, hati yang kian merapuh
digerogoti kesendirian. Aku tak sampai hati jika harus menegur mereka, aku
anggap semua itu salahku, aku harus menanggung kesendirian ini, entah sampai
kapan aku kuat untuk menahannya, menahan setiap bisikan-bisikan aneh yang terus
terulang di dalam otakku.
Bunuh mereka, bakar, culik satu persatu lalu kubur
hidup-hidup. Setiap bisikan yang kurasakan setiap harinya semakin kuat,
bercampur rasa lapar untuk di akui selayaknya hidup mereka. Setiap harinya
bisikan itu terus mengeras, hingga yang kurasakan semua itu menjadi teriakan
yang terus berdengung di telingaku.
Tapi aku harus kuat kan.. aku ini tidak
lemah . Akhir nya kesendirian itu mengantarkanku pada seutas tali, aku
menggantungnya dan membuat simpul supaya bisa dimasuki kepalaku, dan sedikit
menaiki tangga supaya simpulnya bisa ku gunakan. Biskikan-bisikan itu akhirnya
mulai menghilang, seharusnya aku melakukannya sejak dulu. Kau tidak berguna kau
lebih baik mati, beberapa hari terakhir hanya kata-kata itu yang aku dengar.
Selamat tinggal kesendirianku sebentar lagi semua akan usai aku akan bebas,
sebuah bisikan kencil menggema di telingaku “Lompat”.