by : Sthevannie AH
Aku menyukai hal-hal berbau horror. Aku
sering membaca artikel di laman fanpage facebook, web, atau buku-buku tua lama.
Namun dibalik itu, aku juga menyukai cerita berbau tragedi romantis. Sebuah
cerita cinta dimana dibutuhkan pengorbanan berupa nyawa. Ini bukan seperti
persembahan pada iblis atau apapun itu, ini hanya memperkuat bukti bahwa cinta
sejati itu ada. Dari semua kemungkinan, kisah yang paling kusukai adalah Romeo
dan Julia karya William Shakespeare, sang pujangga Inggris yang terkenal. Kisah
ini begitu mengharukan. Persaingan sengit antara keluarga Montague dan Capulet,
pesta dansa yang tak seharusnya mempertemukan Romeo dan Julia, dan pernikahan
yang tak seharusnya ada. Bahkan setelah tak direstui pun, mereka masih tetap
saling mencintai. Benar-benar cinta sejati, bukan?
********************************
"Praaaannngggggggg!!" Aku terkejut
didepan laptopku. Lagi. Seperti malam-malam sebelumnya dimana Ibu selalu
berteriak histeris dan berkata bahwa Ayah menemuinya. Ia melempar semua apa
yang dapat digapainya dari atas meja, lalu melemparkan benda itu asal. "Ibu,
ada apa?" Ucapku pelan sambil berjalan perlahan mendekati ibu.
"Ayahmu! Dia datang lagi padaku! Dia menyuruhku untuk bertanggung jawab,
Lumiere!" Ucap ibuku panik. Ia menangis. Merintih dalam ketakutannya. Aku
membelai kepala ibu, dan mendekapkannya di dadaku. "Ibu, ayah sudah
meninggal" ucap ku pelan. Semua kejadian itu bermula saat ayahku ditemukan
tewas dengan racun aneh didalam tubuhnya. Dan 7 hari tepat setelah
pemakamannya, ia mulai mengganggu ibu. Hal itu membuat ibuku ketakutan. Ayah
menakutinya. Butuh setengah jam bagiku agar ibu mau tertidur pulas tanpa
bantuan pil penenang. Aku sangat lega. Kembali aku duduk didepan layar
laptopku.
**************************************
Tapi, bukan plot ceritanya
yang kusukai, hal yang benar-benar membuatku gila akan cerita Romeo dan Julia
ini adalah ramuan yang diberikan Frater Lawrence kepada Julia. Ramuan yang akan
membuat jantungnya berhenti berdetak seperti halnya tewas. Kebenaran dari
ramuan itu mengusikku. Benar-benar mengunggah rasa ingin tahuku. Apa benar ada
ramuan seperti itu? Aku mencari-cari tentang keberadaan obat itu di internet,
perpustakaan kota, dan lainnya. Sehingga aku menemukan suatu hal : Nama obat
itu adalah Cantarella, ada pada sebuah judul lagu. Di dunia nyata Cantarella
diduga adalah racun yang dibuat dari semacam arsenik atau bubuk Cantharidin
yang diperoleh dari sejenis serangga kumbang yang digunakan untuk membunuh
orang penting pada zaman dulu. Mendapat pengetahuan itu, aku sangat terobsesi.
Aku mencari tahu lebih jauh sampai waktuku disibukkan dengan duniaku hingga
akhirnya aku mampu meramu sebuah ramuan yang aku anggap sebagai Cantarella
ciptaanku lagi.
*************************************
"Pergi kau, Noal!
Aku tak melakukan apapun! Jangan ganggu aku!" Ibuku kembali mengoceh tak karuan.
Setelah kulihat, kini ia sedang mengacungkan pisau dapur tepat ditempat kosong
didepannya. "Ibu.." ucapku pelan. "Aku ingin ibu istirahat"
ucapku. Aku memapah tubuh ibu menuju kamarnya lagi. Tubuhnya basah karena
keringat dingin. Aku membaringkannya. "Bagaimana aku bisa tidur nyenyak,
Lumiere? Noal selalu datang untukku dan memanggil namaku dengan amarah"
ucap ibuku menarik kerah bajuku dengan kasarnya. Namun aku hanya diam. Aku
tersenyum lembut pada ibu. "Malam ini, tidurlah dengan nyenyak, bu"
ucapku. Aku memberi ibu minum, bersama dengan setetes Cantarella yang sudah
menyatu dengan didalam gelas kaca itu. Dan juga kenyataan, bahwa aku sudah tak
lagi didalam cerita di laptopku. Aku berada didunia nyata dimana aku memegang
sebotol Cantarella yang masih cukup banyak tersisa. Ibuku mengangguk lalu
tertidur. Tak lama, pukul 8 malam, John kekasihku datang dengan kesal.
"Lumiere, apa yang kau lakukan seharian dalam kamarmu?! Tak tahukah aku
begitu merindukanmu?" ucap John penuh kesal dan amarah. Aku tersenyum
lembut pada John. Aku memberitahunya tentang semua penemuanku dan kegilaan tak
wajarku tentang Cantarella. John sedikit tak percaya. Namun aku menunjukkan
padanya, semua ramuan yang telah kukumpulkan. John terdiam. Ia tak menemukan
kata-kata selama beberapa menit, lalu menyuruhku untuk tidur karena ia akan
segera pulang. "Jangan bercanda, John. Bagaimana aku bisa tidur? Semua
rahasia besar ini sedang memabukkanku" ucapku pada John.
"Tidurlah" ucap John, meninggalkan sebotol obat tidur diatas meja
sebelum akhirnya berjalan keluar dan menutup pintu. Aku berpikir bahwa John
mungkin benar, aku butuh istirahat. Aku mengambil obat tidur yang tadi
ditinggalkan John, lalu menuju ke kamarku dan menenggak beberapa diluar dosis
yang sewajarnya. Aku akan mati untuk sementara, walaupun obat ini tak
sesempurna Cantarella, tapi setidaknya mampu membuatku melepas penat. Aku
tertidur. Akhirnya aku terbangun, entah setelah berapa lama aku tertidur. Namun
aneh. Aku terbangun dan menyadari posisiku terbaring dalam sebuah kotak kecil, pengap,
dan sama sekali tak nyaman. Aku berteriak meminta pertolongan pada siapapun
yang mungkin ada disekitarku dan mengetahui keberadaanku. Namun sia-sia. Aku
telah mencoba. Tak terdengar suara seorangpun mendekat. Nafasku semakin sesak,
udara yang menghimpit paru-paruku mulai membuat perasaan yang tak nyaman. Aku
tak suka perasaan ini. Aku meraba sekitar, menyenggol sebuah botol kaca.
Cantarella. Itu adalah botol kaca kesayanganku. Baru aku hendak mulai
menggenggamnya, aku merasakan seluruh tubuhku lemas. Ini adalah akhir hidupku.
***************************************
"John, sabarlah. Kita semua tau
kalau keluarga Lumiere juga mengalami hal yang sama" ucap Vivianne,
perempuan yang benar-benar gila terhadap John. "Kenapa keluarga nya? Kenapa
harus dia?!" ucap John tak terima. Ia berlari kencang menuju rumah
kekasihnya & langsung memasuki kamarnya. Mengobrak-abrik apapun. Hingga
akhirnya dia ingat. Cantarella. Kematian keluarga Lumiere bukanlah hal yang
aneh. John segera menghidupkan laptop Lumiere. Membaca semua tulisan yang
pernah ditulis Lumiere tentang Cantarella. # 5 Mei 1998 Aku berhasil menemukan
ramuan unik dari cerita Romeo dan Julia yang dulu sering ibu ceritakan sebagai
dongeng sebelum tidur. Aku begitu menyukai cerita itu, namun entah kenapa ayah begitu
menentangnya. Ia berkata bahwa kisah itu cukup 'berat' untuk diceritakan padaku
yg saat itu masih berumur 6tahun. Aku tak suka ayah berkata begitu. Aku
mencobakan ramuan ini pada ayah. 7 Mei 1998 Ayah tak kunjung bangun. Ibu heran
kenapa ayah tak pernah duduk untuk makan. Ibu khawatir. Kami membawa ayah ke
rumah sakit, namun dokter bilang ayah sudah tiada. Kami memakamkan ayah. 14 Mei
1998 Ibu mulai sedikit pucat. Ibu selalu mengeluh bahwa ayah mulai menemuinya
dan meminta pertanggung jawaban atas kematiannya. Aku kasihan melihat ibu. Aku
harus segera menyempurnakan ramuanku. Jika ayah mengira ibu sudah tewas, maka
ia akan berhenti menganggu ibu, dan saat sadar, ibu akan menjadi jauh lebih
tenang. 30 Mei 1998 Aku menemukan artikel bagus! Nama ramuan itu adalah
Cantarella. Aku akan membuatnya! Aku akan membuat Cantarella demi ibu. 9 Juni
1998 Aku berhasil menemukannya! Cantarella buatanku. Aku kembali menenangkan
ibu dan membawa satu botol Cantarella untuk kuteteskan diminuman ibu. Ibu sudah
tertidur lelap. John kekasihku juga datang. Perhatiannya sangat membuatku
nyaman. Ia mengerti betul, ia menyuruhku meminum obat tidur yang ia beri. Aku
akan tidur. Aku menyayangimu, John. # John langsung kaget. Ia berdiri lalu
berlari menuju makam Lumiere. Ia menggali makam itu dengan gila. Ia menggali
sambil menyesal. Ia menangis. Ia menggali hingga akhirnya menemukan peti mati.
Ia membuka tutupnya, menangisi Lumiere yang sudah tampak pucat. "Maafkan
aku, sayang. Aku tak tau kau tertidur. Aku mengira kau mencoba Cantarella itu
pada tubuhmu. Bangun, Lumiere" One fact : Bagi orang yang meminum
Cantharidin, pencernaannya akan rusak (usus dan ginjal) gejalanya bisa terasa
sakit pada perut bahkan sampai kencing darah.