Kali ini admin mengangkat cerita rakyat tentang pantangan mendaki gunung lawu bagi orang cepu. Dan beberapa kejadian misterius yang terjadi disana Here we go…
Gunung Lawu adalah gunung yang dikeramatkan oleh penduduk sekitar terutama penduduk yang tinggal di kaki gunung. Tidak heran bila pada bulan-bulan tertenu seperti bulan Syuro penanggalan Jawa, gunung ini ramai didatangi oleh para peziarah terutama yang datang dari daerah sekitar kaki Gunung Lawu seperti daerah Tawamangun, Karanganyar, Semarang, Madiun, Nganjuk, dan sebagainya.
Mereka sengaja datang dari jauh dengan maksud terutama meminta keselamatan dan serta kesejahteraan hidup di dunia. Lokasi yang dikunjungi para peziarah terutama tempat yang dianggap keramat seperti petilasan Raden Brawijaya yang dikenal oleh mereka dengan sebutan Sunan Lawu. Selain itu Sendang Derajat, Telaga Kuning, dsb.
Peninggalan-pen
Konon Raden Brawijaya meninggal di puncak Gunung Lawu ini dibuktikan dengan adanya Cengkup serta petilasan-petil
Menurut kisah, setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit, muncul kerajaan Islam yang berkembang cukup pesat yaitu Kerajaan Demak yang dipimpin oleh seorang raja bernama Raden Patah, masih merupakan putra Raden Brawijaya.
Beliau menjadikan Kerajaan Demak menjadi kerajaan besar di Jawa. Pada saat itu Raden Patah bermaksud mengajak ayahnya yaitu Raden Brawijaya memeluk agama Islam, akan tetapi Raden Brawijaya menolak ajakan anaknya untuk memeluk ajaran yang dianut Raden Patah.
Raden Brawijaya tidak ingin berperang dengan anaknya sendiri dan kemudian Raden Brawijaya melarikan diri. Penolakan ayahnya untuk memeluk agama Islam membuat Raden Brawijaya terus dikejar-kejar oleh pasukan Demak yang dipimpin oleh Raden Patah.
Untuk menghindari kejaran pasukan Demak, Raden Brawijaya melarikan diri ke daerah Karanganyar. Disini Raden Brawijaya sempat mendirikan sebuah candi yang diberi nama Candi Sukuh yang terletak di Dusun Sukuh Desa Berjo Karanganyar. Tetapi belum juga merampungkan candinya, Raden Brawijaya keburu ketahuan oleh pasukan Demak, pasukan Demak dan pengikut-pengik
emudian Raden Brawijaya melarikan diri menuju kearah timur dari Candi Sukuh. Di tempat persembunyianny
Raden Brawijaya melarikan diri lagi dengan meninggalkan sebuah candi yang sampai sekarang dikenal masyarakat dengan sebutan Candi Ceto. karena merasa dirinya telah aman dari kejaran Pasukan Demak, Raden Brawijaya sejenak beristirahat akan tetapi malapetaka selanjutnya datang lagi kali ini pengejaran bukan dilakukan oleh Pasukan Demak tetapi dilakukan oleh pasukan Cepu yang mendengar bahwa Raden Brawijaya yang merupakan Raja Majapahit bermusuhan dengan kerajaan Cepu masuk wilayahnya sehingga dendam lama pun timbul.
Pasukan Cepu yang dipimpin oleh Adipati Cepu bermaksud menangkap Raden Brawijaya hidup atau mati. Kali ini Raden Brawijaya lari ke arah puncak Gunung Lawu menghindari kejaran Pasukan Cepu tapi tak satu pun dari pasukan Cepu yang berhasil menangkap Raden Brawijava yang lari ke arah puncak Gunung Lawu melalui hutan belantara.
Didalam persembunyian di Puncak Gunung Lawu, Raden Brawijaya merasa kesal dengan ulah Pasukan Cepu lalu ia mengeluarkan sumpatan kepada Adipati Cepu yang konon isinya jika ada orang-orang dari daerah Cepu atau dari keturunan langsung Adipati Cepu naik ke Gunung Lawu, maka nasibnya akan celaka atau mati di Gunung Lawu.
Dan katanya bahwa sumpatan dari Raden Brawijaya ini sampai sekarang tuahnya masih diikuti oleh orang-orang dari daerah Cepu terutama keturunan Adipati Cepu yang ingin mendaki ke Gunung Lawu, mereka masih merasa takut jika melanggarnya.
Ada beberapa hal yang unik digunung lawu ini. Jika kita memulai pendakian dari jawa tengah maka kita akan melewati jurang pangarip arip. Pada rute ini kita harus tetap waspada dan tidak boleh melamun. Sebab jika kita melamun dan pikiran kosong tidak jarang terjadi kecelakaan dimana kita jatuh kedalam jurang yang lumayan tinggi ini. Dan konon ceritanya jiwa orang yang meninggal disana akan menjadi pengawal pribadi dari sang raden.
Kedua mengenai pos terakhir pendakian sebelum warung makan puncak lawu mbok yem (yep mungkin ini bias dikategorikan sebagai keajaiban dunia; warung makan di puncak gunung hehe..) di pos ini terdapat dua makam pendaki yang sebelumnya minta jika mereka meninggal minta untuk dimakamkan disana. Well… yang namanya makam, biarpun sebenarnya tidak ada apa apa tapi ya tetep serem saja… ditambah lagi beberapa kesaksian pendaki yang pernah mengalami kejadian ganjil disana… seperti ketika ada sekelompok pendaki sedang beristirahat disana tiba tiba saja terjadi angin rebut dan anehnya lagi angina rebut cumin terjadi di pos tempat berteduh mereka… sedangkan diluar cuaca terang benderang
Ketiga tentang cerita mengenai jalak lawu. Jika kalian mendaki ke puncak lawu, di puncak hargo dumilah kalian akan menjumpai banyak sekali burung jalak. Tapi jangan sampai kalian berani untuk membawanya pulang!!!! Ada cerita tentang pendaki yang nekat melanggar pantangan ini, pendaki tersebut terpikat akan keindahan jalak ini dan memutuskan untuk menangkapnya untuk dijadikan peliharaan. Begitu burung jalak tersebut dia kurung, maka keesokan harinya dia jatuh sakit. Teman temannya menengoknya karena selama satu minggu anak ini tidak masuk kuliah, dan salah satu teman yang menjenguknya merasa tertarik akan peliharaan barunya, teman tersebut memotret burung tersebut. Namun yang menggemparkan adalah ketika foto tersebut dicetak (dulu masih belum musim HAPE kamera, apalagi camdig, mahal banget hehe) ternyata yang muncul adalah gambar kepala manusia yang berada didalam sangkar!!
daerah watu gubug. Nah di daerah ini konon kabarnya tempat dimana terdapatnya hantu tanpa muka (dalam kisah eropa sosok ini terkenal sebagai slenderman). Barangsiapa yang tertinggal dari rombongan pendakian, konon ceritanya dia akan dibuntuti oleh hantu tanpa muka ini.
Demikian cerita tentang lawu dan brawijaya….. kita percaya atau tidak pilihan masing masing, tapi pesan admin tidak perlulah keimanan kita akan Tuhan yang esa sampai goyah….